Minggu, 21 Juni 2015

Rumah Kelahiran Bung Hatta






 Rumah Kelahiran Bung Hatta
Ilustrassi: Liano Fernandes. 2015


Salah satu usaha untuk mengenang salah seorang dari Proklamator Kemerdekaan Indonesia adalah dengan mengabadikan kehidupan dan penghidupannya.Usaha ini dilakukan berupa menghadirkan kembali suasana kehidupan masa lalunya dengan membangun kembali rumah kelahiran Bung Hatta.
Rumah kelahiran Bung Hatta dibangun kembali bertujuan bukan saja sebagai salah satu usaha untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa beliau, tetapi lebih ditujukan untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangannya.Pembangunan rumah tersebut, diharapkan para generasi penerus dapat mempelajari dan lebih memahami kepribadian serta ketokohan beliau sehingga muncul sebagai pemimpin terkemuka di Republik ini.
Gagasan pembangunan kembali (rekonstruksi) rumah kelahiran Bung Hatta ini bermula dari Ketua Yayasan Pendidikan Wawasan Nusantara (sekarang bernama Yayasan pendidikan Bung Hatta) yang mengelola universitas yang memakai nama besar Bung Hatta. Setelah sekian lama tertunda baru pada bulan September 1994, lahan rumah tersebut dapat dibebaskan oleh pemerintah daerah kota Bukittinggi.
Pada bulan November 1994 sampai dengan Januari 1995 dimulailah penelitian untuk mendapatkan bentuk rumah yang akan dibangun. Didasarkan kepada foto yang ada dalam memoar Bung Hatta (hal. 7) dan beberapa foto yang masih disimpan oleh keluarga, maka mulailah menginterpretasikannya kedalam gambar perencanaan.
Rumah Bung Hatta yang terbuat dari struktur kayu diperkirakan dibangun tahun 1860 an dan mengalami masa pasang surut secara fungsi dan fisik karena sudah tua dan runtuh pada tahun 1960-an. Sebelum dibeli oleh Haji Sabar, bangunan belakang rumah tersebut masih berfungsi dan dihuni oleh beberapa keluarga secara bergantian.
Pelaksanaan pembangunan baru dimulai pada tanggal 15 Januari 1995 dan diresmikan pada tanggal 12 Agustus 1995, yang bertepatan dengan hari kelahiran Bung Hatta dan peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka. Pembangunan rumah ini menghabiskan 266 meter persegi sasak dari batuang (bambu) yang didatangkan khusus dari Batusangkar, 525 meter persegi tadir pariang dari Payakumbuh, 75 meter persegi kayu banio tampuruang dari Muara Labuh, kayu ruyuang, 1.600 zak Semen Indarung, 336 meter persegi pasir pasang, 138 meter persegi batu kali dari Padang Tarok, 25.000 buah batubata dari Payakumbuh serta material pendukung lainnya.
Untuk kelengkapan rumah seperti kunci-kunci, grendel, dan tiang kuno didapat dari berbagai pihak dan masyarakat sekeliling sehingga tampilan rumah ini mendekati aslinya.
Rumah ini juga dilengkapi dengan peralatan seperti tempat tidur (kui) kuningan dari Inggris, kero hitam (tempat tidur hitam), tempat tidur ukir yang digunakan oleh Bung Hatta serta perabotan lainnya seperti kursi, meja dan beberapa koleksi foto serta lukisan yang berasal dari pihak keluarga untuk mengembalikan suasana lalu.
Penataan landscape luar rumah diusahakan seperti suasana awalnya, seperti dengan ditanamnya tiga pohon jambak di bagian depan rumah, murbai di depan kapuk (bagian belakang rumah), dan pohon sawo di depan istal.
Tanaman pendukung lainnya telah ditanam beberapa tanaman yang sudah mulai jarang ditemukan pada saat ini seperti tetehan, bungo kuniang, adam dan hawa, pinang rajo, kaladi aie dan tanaman hias lainnya.
Pelaksanaan pembangunan rumah ini didukung oleh tenaga tukang sebanyak 40 orang, ditambah dengan tukang khusus untuk bangunan kapuk dan penanam tanaman.
Sebagai sebuah rumah yang sarat dengan kandungan sejarah, secara umum rumah ini juga dapat menggambarkan dan menceritakan suasana masa lalu tentang teknologi pembangunan rumah, situasi dan kehidupan masyarakat masa lalu dan khususnya kehidupan keluarga besar Bung Hatta. Untuk masa yang akan datang, bangunan ini sangat berguna untuk misi pendidikan, sejarah serta objek wisata. (Anonim, museumindonesia, 2009, Rumah Kelahiran Bung Hatta, web museumindonesia, diakses 4 Oktober 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar