Museum Tridaya Eka Dharma
Ilustrasi:
Liano Fernandes. 2015
Museum
Tridaya Eka Dharma adalah salah satu museum yang ada di Sumatera Barat yang
terletak di kota Bukittinggi, tepatnya di jalan Panorama No. 24, kelurahan Kayo
Kubu, kecamatan Guguk Panjang, Bukittinggi. Museum ini diresmikan oleh Mohammad
Hatta, pada tanggal 16 Agustus 1973.Museum yang memiliki koleksi ratusan
senjata zaman perang ini terbuka untuk masyarakat
umum.
Museum
ini dahulunya adalah rumah peristirahatan Gubernur Sumatera.Pendirian museum
ini digagas oleh Brigjen Widodo, salah seorang pimpinan TNI wilayah Sumatera
Tengah.Gagasan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Brigjen Soemantoro dan
diresmika menjadi museum pada tanggal 16 Agustus 1973.
Museum
ini diberi nama Museum Perjuangan Tridaya Eka Dharma yang artinya tiga unsur
kekuatan satu pengabdian. Nama ini bisa dikaitkan dengan falsafah Minang
"Tigo Tungku Sajarangan".Museum ini didirikan sebagai sarana
komunikasi antara generasi dan sebagai pewaris semangat juang dan nilai-nilai
kepahlawanan.
Dipilihnya
kota Bukittinggi sebagai tempat berdirinya museum ini dikarenakan kota
Bukittinggi pernah menjadi ibukota provinsi Sumatera dan ibukota negara
Republik Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Berbagai
benda-benda bersejarah terdapat di Museum ini, diantaranya senapan laras
panjang, senapan laras pendek, meriam, amunisi, granat, perlengkapan perang,
pemancar radio, alat penerima sinyal, telepon dan juga pakaian para tentara
Indonesia dan tentara asing.
Bukan
hanya itu dokumentasi saat berperang adapula seperti foto kepemimpinan para
jendral, lokasi penyekapan para pahlawan revolusi, serta foto para presiden
Indonesia dari tahun 1945-2004.
Pada
bagian luar museum terdapat pula Pesawat Terbang AT-16, Harvard B-419 buatan
Amerika Serikat yang dulunya digunakan dalam penumpasan Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera Tengah tahun 1958, yang
dioperasikan di Solok, Indarung, Bukittinggi dan Payakumbuh. Setelah habis masa
terbangnya, pesawat terbang tersebut disimpan di depotlogistik di Lanud Hussein
Sastra Negara di Bandung oleh Staf Angatan Udara.Kemudian, pada tahun 1973
diserahkan ke Museum Tridaya Eka Dharma untuk dijadikan benda koleksi.(Anonim,
Kenrick95Bot, 6 Mei 2014, Museum Tri Daya Eka Dharma, web Wikipedia, diakses 4
oktober 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar