Benteng
Fort de Kock
Ilustrasi:
Liano Fernandes. 2015
Fort
de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi,
Sumatera Barat, Indonesia.Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun
1825 pada masa Baron Hendrik Merkus de Kock sewaktu menjadi komandan Der
Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini
terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit
Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran
rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun
1821-1837.Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke
19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota
yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi.
Semasa
pemerintahan Belanda, Bukittinggi dijadikan sebagai salah satu pusat pemerintahan,
kota ini disebut sebagai Gemetelyk Resort
pada tahun 1828. Sejak tahun 1825 pemerintah Kolonial Belanda telah mendirikan
sebuah benteng di kota ini sebagai tempat pertahanan, yang hingga kini para
wisatawan dapat melihat langsung benteng tersebut yaitu Fort de Kock. Selain
itu, kota ini tak hanya dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan tempat
pertahanan bagi pemerintah kolonial Belanda, namun juga dijadikan sebagai
tempat peristirahatan para opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya.
Fort
de Kock juga dibangun sebagai lambang bahwa Kolonial Belanda telah berhasil
menduduki daerah di Sumatera Barat.Benteng tersebut merupakan tanda penjajahan
dan perluasan kekuasaan Belanda terhadap wilayah Bukittinggi, Agam, dan
Pasaman.Belanda memang cerdik untuk menduduki Sumatera Barat, mereka
memanfaatkan konflik intern saat itu, yaitu konflik yang terjadi antara
kelompok adat dan kelompok agama.Bahkan Belanda sendiri ikut membantu kelompok adat,
guna menekan kelompok agama selama Perang Paderi yang berlangsung 1821 hingga
tahun 1837.
Belanda
yang membantu kaum adat melahirkan sebuah kesepakatan bahwa Belanda
diperbolehkan membangun basis pertahan militer yang dibangun Kaptain Bauer di
puncak Bukit Jirek Hill, yang kemudian diberi nama Fort de Kock.
Setelah
membangun di Bukit Jirek, Pemerintah Kolonial Belanda pun melanjutkan
rencananyamengambil alih beberapa bukit lagi seperti Bukit Sarang Gagak, Bukit Tambun
Tulang, Bukit Cubadak Bungkuak, dan Bukit Malambung. Daerah tersebut juga
dibangun gedung perkantoran, rumah dinas pemerintah, kompleks pemakaman, pasar,
sarana transportasi, sekolah juga tempat rekreasi. Pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintahan Kolonial Belanda tersebut dalam istilah Minangkabau dikenal
dengan “tajua nagari ka Bulando” yang berarti Terjual negeri pada Belanda. Di
masa itu memang, Kolonial Belanda menguasai 75 persen wilayah dari lima desa
yang dijadikan pusat perdagangan.
Sejak
direnovasi pada tahun 2002 lalu oleh pemerintah daerah, Fort de Kock, kawasan
benteng Fort de Kock kini berubah menjadi Taman Kota Bukittinggi (Bukittinggi
City Park) dan Taman Burung Tropis (Tropical Bird Park). Hingga saat ini,
Benteng Fort de Kock masih ada sebagai bangunan bercat putihhijau setinggi 20 m. Benteng Fort de Kock
dilengkapi dengan meriam kecil di keempat sudutnya. Kawasan sekitar benteng
sudah dipugar oleh pemerintah daerah menjadi sebuah taman dengan banyak
pepohonan rindang dan mainan anak-anak.
Benteng
ini berada di lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum
Rumah Adat Baanjuang. Kawasan benteng terletak di bukit sebelah kiri pintu
masuk sedangkan kawasan kebun binatang dan museum berbentuk rumah gadang
tersebut berada di bukit sebelah kanan. Keduanya dihubungkan oleh Jembatan
Limpapeh yang di bawahnya adalah jalan raya dalam kota Bukittinggi. Kawasan ini
hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukittinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya
di terusan jalan Tuanku nan Renceh.
Benteng
ini adalah satu dari 2 benteng belanda yang ada di sumatera barat , yang satu
lagi terletak di Batusangkar dengan nama benteng Fort Van der Capellen karena 2
kota inilah dahulu yang paling susah ditaklukan belanda saat Perang Paderi. (Anonim,
Rahmatdenas, 26 Agustus 2014, Benteng Fort de Kock, web Wikipedia, diakses 4
oktober 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar